BALADA SEKANTONG SAMPAH DI TOKYO
Go to Yokyo April 2013
By Munif Chatib
Melihat pembelajaran di kelas TK Mushashino Joshi Gakuin sungguh menyenangkan. Rasanya makin kuat pemahaman bahwa tema yang dipelajari haruslah dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang berwajah lucu membuang sampah pada tempatnya. Ada tiga tong sampah, satu untuk botol plastik, satu untuk sampah basah dan satu lagi untuk sampah kering. Ketika menjelajah kota Tokyo, aplikasi di sekolah tentang sampah terjadi di mana-mana. Dan menurut saya, sudah menjadi budaya.
Dimulai dengan teguran ‘Buanglah sampah pada tempatnya’, ternyata mempunyai serangkaian peraturan yang banyak. Anda bayangkan, tidak boleh membuang sampah di jalanan. Jika anda makan sesuatu, lalu anda kesulitan mencari tong sampah pada saat itu, maka bungkus makanan tersebut harus anda masukkan dalam kantong saku atau jas anda., sampai anda menemukan tong sampah. Ketika menemukan tong sampah, jangan sampai salah memasukkan jenis sampah ke dalam tempatnya.
Peraturan berikutnya, jika anda makan atau minum di cafe, tidak boleh di meja anda meninggalkan sampah. Ada pengalaman menarik. Di depan Waseda University ada cafe kecil. Saya memesan secangkir kopi. Lalu dihidangkan lengkap dengan sebungkus gula dan sebungkus creamer. Saya buka bungkus creamer yang kecil itu dan menikmati kopi jepang dengan nikmatnya. Setelah itu si Bella memanggil untuk segera kembali ke bis. Kopi habis dan saya langsung berdiri meninggalkan meja cafe tersebut. Baru beberapa meter, pemilik cafe mengejar saya. Dengan menggunakan bahasa Inggris, dia memanggil saya dan meminta saya kembali ke meja saya. Saya pikir, saya lupa belum bayar. Namun betapa kagetnya, saya diminta mengambil dan membuang bungkus kertas bekas creamer di meja saya. Wow, saya minta maaf dan mengambil bungkus creamer tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di situ. Hanya bungkus kertas kecil berukuran 2 cm x 2 cm, namun saya diminta tetap membuangnya ke tempat sampah.
Pengalaman unik lainnya ten tang sampah cukup membuat saya geleng-geleng kepala. Rombongan makan siang di taman kota yang indah di depan istana kaisar Jepang. Seperti biasanya, bagian konsumsi langsung membuka tiga bungkus plastik hitam untuk sampah. Dengan rapinya kami masukkan sebuah kotak plastik makanan dan botol minuman di bungkusnya masing-masing. Belum sempat kami mencari tong sampah untuk membuangkanya, kepala rombongan sudah meminta masuk dalam bis, sebab waktunya sudah habis. Akhirnya beberapa kantong sampah tersebut kita masukkan dalam bagasi bis. Setelah berkeliling, kami menuju tempat istirahat yang baru yaitu Yoyogi Olimpic Centre, sebuah area yang luas dengan banyak gedung. Dahulu tahun 1960 an olimpiade dunia di Tokyo menggunakan gedung ini.
Praktis sebelum check in, kami mengeluarkan beberapa kantong sampah dan ingin membuangnya ke tempat sampah. Namun ternyata kami dilarang membuang sampah dari luar di tempat yang baru. Ada peraturan, sampah yang boleh dibuang di tempat sampah adalah yang dari area itu sendiri, tidak boleh membuang sampah yang berasal dari area lain. Akhirnya, Prof. Miyake menginstruksikan untuk setiap orang harus membawa sekantong sampah masing-masing ke kamar hotelnya. Disimpan sampai besok pagi, lalu nanti setelah meninggalkan area ini, baru dibuang ke tempat sampah umum.
Wow, saya membayangkan sebentar lagi saya tidur dengan sekantong sampah di kamar hotel. Maklumlah, aturan hotel tersebut adalah 1 kamar harus 1 orang, dan harus tidur dengan sekantong sampah. Saya mengusulkan semua sampah di masukkan di kamar hotel saya. Semua peserta sangat senang sekali.
“Pak Munif, baik sekali, baik amat.” Semua teman memuji saya. Ketika kamar saya penuh dengan banyak kantong sampah, dengan keberanian tingkat tinggi, saya memutuskan untuk tidur di kamar sang isteri. Meskipun kecil, tidak apa-apa, pastilah tambah nyaman. Tak lama, pintu di ketuk, dan si Bella juga ingin tidur bersama. Jadi akhirnya, kami bertiga tidur dalam 1 kamar.
Besoknya, ketika banyak kantong sampah harus dikeluarkan dari kamar hotel, aroma bau tak sedap sudah merebak di mana-mana. Cepat-cepat kami memasukkan dalam bagasi bis untuk dibuang ke tempat sampah umum. Oh sampah, begitu berharganya kau di negeri ini, sampai-sampai harus bermalam juga di kamar hotel. Balada sekantong sampah, sungguh tak terlupakan.
Tokyo, September 2012
Comments Off on Balada sekantong sampah, sungguh tak terlupakan.
Posted in 1