Munif Chatib

Ass.wr.wb….selamat sore Pak Munif, saya pertama mengenal bapak baru sekitar 2 minggu yang lalu ketika saya membeli buku karya bapak gurunya manusia. nama saya agoes susilo jp, profesi saya sebagai trainer pengembangan sdm. profesi ini sudah saya tekuni kurang lebih 10 tahun….saya dari awal tertarik dengan konsep pendidikan yang tidak hanya bertumpu pada pencapaian nilai….

alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk melakkanya dalam setiap training yang kami bawakan…membaca buku bapak saya suka dan senang…dibeberapa bagian saya senyam senyum…di bagian lain saya menahan air mata ..terharu…saya selama ini lebih sering mengajar materi soft skill untuk perusahaan…beberapa kesempatan ke lembaga pendidikan..terakhir saya diminta untuk memberikan motivasi kepada teman-teman pengajar dan kepala sekolah SMA 3 bogor…beberapa hal yang saya sampaikan saya ambilkan dari buku terbarunya pak munif

senang sekali kalau saya mendapat kesempatan untuk bisa belajar lebih banyak dari pak munif…oya kalau ada waktu silahkan mampir ke web kami pak di http://www.keep-inspirit.com

wass.wr.wb…..

Ass. wrb. tks pak munif atas perkenannya untuk mengunduh n mempublikasikan artikelnya melalui website kami, semoga bermanfaat untuk semua, amin

aslm.
bpk munif chatib, slam kenal. sy ika, mhasiswi di UI.
sy sgt tertarik dengan dunia pendidikan&pengembangan karakter anak(metode belajar yg efektif), slah satunya metode yg bpk perkenalkan.
jk ada seminar/workshop lg, tlg kesediaan bpk untuk meng infokan ke email sy ika.dwi.n@gmail.com
thx.
waslm

manusia pembelajar adalah manusia yang tak akan rela waktunya terenggut sia-sia,
manusia pembelajar adalah manusia yang mampu mengambil nilai pembelajaran dari setiap berlalunya waktu…

Assalaamu’alaikum ww Pak Munif,

Saya sedang membutuhkan narasumber untuk topik Multiple Intelligence dan Pendidikan Karakter di sekolah. Rasanya Bapak adalah salah satu orang yg tepat untuk itu. Mohon alamat email dan nomor kontak Bapak. Terima kasih.

assalamualaikum,wr,wb,pak munif sy diamanahi 2 org putra,yg pertama umur 4,5 th yg kedua 7,5 bln,anak sy yg pertama skrg msh tk A,sy ingin minta referensi dr bpk sekolah dasar yg baik di srby,yg menerapkan MIR dan ICB,banyak terima kasih.

3 hari kami work-shop dan konseling di sebuah sekolah swasta yg full day, sekolah katolik dng dinding tembok, persis penjara… harusnya kami ber-3 hanya melayani “konseling” unk anak kelas 5 s/d 6…karena mereka kelas terakhir yg dipersiapkan oleh sekolah unk menghadapi UN.
Konseling kami garis besarnya hanya unk menjaga semangat belajar para siswa disaat mereka merasa jenuh atau lelah belajar.

day-1 : 27 dari 42 siswa yg mendaftar unk konseling adalah laki-laki.
dng jenjang kelas … kelas 4 s/d 6 SD
Kesan petama para siswa pertama kali masuk ke kelas konseling kami adalah…”kaget”… [:)]
lalu mereka akan bilang, sy harus panggil miss’ atau ibu ? aslinya mereka kaget karena harus berhadapan dng ibu2 berjilbab … [:)]
dan ini pun’ terjadi pada ke-2 teman sy [:/]
15 siswa laki2 yg saya pegang, umumnya punya masalah tanggung jawab, karena melihat orang tua mereka yg sepenuhnya menyerahkan “kehidupan” awal mereka di tangan “nanny”… ternyata unk para anak laki laki menghabiskan waktu 1jam bersama ayah dan ibu dianggap “bukan perhatian”…kata mereka itu sekedar “pembenaran” unk ayah dan ibu mereka bahwa ayah dan ibu sudah “cukup” perhatian….
waktu sy tanya, “lalu kamu mau berapa lama sama ayah-ibu ?”
mereka umumnya “menangis”..9 anak laki laki itu menangis pada pertanyaan yg sama ??? [:/]
…yg saya tangkap, mereka pada umum nya kepingin bisa bebas berbicara pada orang tua nya masing masing, kapan pun mereka mau dan dalam situasi apa pun yg mereka hadapi, mereka mengharapkan ibu atau ayah mereka ada unk “mendengarkan”…
*konseilng day-1, kami akhiri pada jam 5 sore*

day-2 : hasil konseling kemarin kami bicarakan dng para “romo” atau pastur dan para suster yg terlibat dalam sekolah.
mereka cukup “surprise” dng hasil yg kami paparkan, krn rata2 yg mengikuti konseling kami adalah anak2 yg cukup “baik” dimata para “suster” dan kenakalan mereka baru pada tahap “suka bolos”…
Romo’ akhirnya memutuskan unk memanggil para “orang tua” murid yg mengikuti konseling pada hari ini…

to day : dari 42 undangan … yg datang untuk menindak lanjuti hasil dari konseling kami hanya : 2 orang “wali murid” ( kakek, oma, dan tante ) [:'(]
+ 10 orang “nanny” membawa surat permohonan maaf atas ketidak hadiran para ortu karena sudah ada acara keluarga tau’ apa lah’… [:/]

Waktu sy melihat data para murid yg mengikuti kelas konseling kami, mereka memiliki kemampuan yg sangat baik dalam mata pelajaran, tapi mereka tidak suka melakukan kegiatan yg berkaitan dng ekstra , mereka tidak punya hobby, mereka masih belum tahu ingin jadi apa waktu besar nanti, dan mereka hanya memiliki satu semboyan…”hidup seperti air mengalir”…ke 42 siswa itu memiliki semboyan yg sama…hidup seperti air mengalir.
???? [:/]

*butuh pencarahan*

Aslm. pak, sy mau tanya. kan kecerdasan anak itu berbeda-beda. Ada yang kinestetik, ada linguistik , ada cerdas gambar. Ketika seorang anak cerdasnya cerdas gambar dan benar-bnar low di pelajaran math, kita tidak bisa memaksakan utuk terus terus belajar math kan? karena bisa terjadi kognitif down shifting. Akan tetapi kurikulum kita memaksa anak untuk harus belajar math, meskipun kecerdasannya bukan di math bahkan itu mrupakan syarat kelulusan, bahkan ada passing gradenya, Yang ingin saya tanyakan bagaimana sikap kita sebaiknya?
Mohon jawabanya . Terima kasih.