Posted by: munifchatib | October 5, 2012

Alangkah bahagianya sempat mampir ke Masjid terbesar Tokyo

BALADA SHOLAT DI TOKYO

Go to Tokyo, April 2013

By Munif Chatib

“Pak Munif, kita sholat Dhuhur dan Asar di Masjid dar Al Arqam Asakusa Tokyo,” kata Bu Fauziyah, direktur pondok Diniyah Putri Padang Panjang. Tak sabar rasanya ingin tahu masjid di kota sehebat Tokyo. Ketika sampai, saya cukup kaget. Ternyata masjid itu sebuah ruko 5 lantai. Kami para laki-laki sholat di lantai 3. Sedangkan para wanita sholat di lantai 2. Lantai 1 dipergunakan untuk ruang kantor dan etalase. Kami sholat berjamaah dengan beberapa warga dari Pakistan. Namun betapa senangnya, ternyata ada orang Indonesia yang menyapa kami. Namanya Topan, asli Bandung. Wajahnya sangat teduh dan bersahaja. Masih muda lagi.

“Pak Munif, saya tinggal bersama keluarga di lantai 5. Saya yang menjaga dan merawat masjid ini,” cerita Topan.

“Lalu mas Topan aktivitasnya apa di Tokyo ini?” tanya saya.

“Saya ambil doktor jurusan nuklir di sini.”

Wow … doktor jurusan nuklir. Lalu sempat beberapa menit kami berbincang-bincang di depan ruko masjid itu.

“Masjid semacam ini banyak sekitar 14 tersebar di berbagai tempat di kota Tokyo ini. Masjid utama yang besar adalah Masjid Tokyo,” cerita Topan.

Besoknya, kami harus meninggalkan Tokyo, menuju ke Haneda International Airport. Alangkah bahagianya kami sempat mampir ke masjid Tokyo yang diceritakan mas Topan, untuk sholat Magrib dan Isya. Ketika menginjakkan kaki di halaman masjidnya, saya terperangah. Indah sekali interiornya. Terus saya masuk ke dalamnya. Beberapa menit saya dibuatnya takjub. Saya ambil camera berusaha memotretnya. Lampu besar di tengah kubah yang indah. Kaligrafi khas Turki yang mempunyai unsur seni yang mengagumkan. Ternyata benar, Profesor Mina Hatori bilang kalau masjid ini dibangun oleh orang Turki, tepatnya keluarga raja Turki. Prof. Mina sendiri baru kali petama masuk dalam masjid Turki ini.

Saya sholat maghrib dan Isya, namun kekhusuan agak terganggu, sebab pada saat sholat, Prof Mina terus men-shooting saya dengan handy camnya.“Maaf Pak Munif, saya ambil videonya pada saat sholat. Saya suka melihat orang Islam sholat. Maklum saya di Indonesia sering melakukan penelitian di pondak-pondok tradisonal,” cerita Prof. Mina.

Akhirnya kita berdua banyak berdiskusi tentang Islam. Sampai-sampai saya harus menjelaskan silsilah mulai dari nabi Adam sampai Ibrahim, dan membelah menjadi dua, Ishaq dan Ismail. Ishaq adalah kakek dari keturunan Yahudi dan Ismail kakek dari keturunan Arab.

“Jadi Yahudi dan Arab itu saudara satu bapak lain ibu?” tanya Prof. Mina. Saya mengangguk.

“Kok sampai sekarang mereka berantem terus ya?” Saya hanya geleng-geleng kepala tanda juga kebingungan.

Dari cerita Prof. Mina saya jadi tahu, ternyata masyarakat Jepang terbanyak penganut ajaran SINTO. Beliau bilang bahwa SINTO itu sebenarnya bukan agama. Jadi kebanyakan orang Jepang ini tidak beragama, hanya penganut SINTO, yang artinya JALAN TUHAN.

“Gimana sih ajaran SINTO itu Prof?” tanya saya penasaran.

“Pokoknya SELALU BERBUAT BAIK dan MENGHARGAI ORANG LAIN, itu intinya. Mereka cenderung ke Budha. Sebab menurut riwayatnya Budha itu orang baik,” jawabnya.

Kembali saya menarik nafas panjang. Pertama kali datang ke kota ini, Bu Fauziyah mengucapkan kepada saya “PAK MUNIF SELAMAT DATANG DI KOTANYA MANUSIA”. Saya membuktikan kalau kota ini benar-benar hebat. Tanpa sampah, bersih. Tanpa macet. Orangnya disiplin, dan lain-lain. Namun alangkah terkejutnya, mereka kebanyakan tidak beragama samawi. Mereka hanya percaya HARUS BERBUAT BAIK. Itu saja. Dalam hati saya tambah yakin pada agama saya, ISLAM. Jika ISLAM benar-benar diaplikasikan dengan benar, pastilah berakibat PENUH KEBAIKAN dan KEBERKAHAN. Saya tambah percaya ISLAM adalah agama yang manusiawi, bisa menjadi solusi dari segala masalah kehidupan. Sebab di dalamnya sangat penuh dengan jutaan hikmah kehidupan. ISLAM bukan agama yang seperti raja duduk di atas menara gading, jauh dari masalah-masalah sosial dan kemasyarakatan yang dihadapi umatnya. Saya hanya geleng-geleng kepala, masyarakat Jepang hanya mengaplikasikan satu baris saja ajaran Islam yaitu BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA, mereka menjadi komunitas masyarakat yang mempunyai kualitas hidup “duniawi” yang tinggi. Sedangkan ketika membaca berita tragedi di tanah air, pembunuhan, pengusiran, dan pembakaran mengatasnamakan agama, saya hanya mengelus-elus dada.

Terima kasih mas Topan dan keluarga. Semoga cepat selesai kuliah doktor nuklirnya, dan kembali membangun Indonesia. Terima kasih Prof. Mina. Diskusi satu jam tentang ISLAM dan SINTO bersama anda sangat menyenangkan.

Tokyo, 10 September 2012

Posted by: munifchatib | October 4, 2012

Tips -Tips Praktis membangun Divisi Usaha Sekolah

KESEJAHTERAAN GURU DAN DIVISI USAHA SEKOLAH

By Munif Chatib

Ada teori seperti ini:

“Jika SPP dan UANG GEDUNG sebagai pemasukan dari sebuah sekolah, terutama sekolah swasta, pada waktu tertentu jumlah keduanya tidak mungkin untuk membayar PENGELUARAN sekolah pada pos yang besar yaitu GAJI GURU dan KARYAWAN sekolah. Jika hal itu terjadi, maka sekolah diharapkan kreatif untuk membuka DIVISI USAHA. Apapun itu bentuknya asal halal. Hasil usaha tersebut akan digunakan untuk menambahkan penghasilan guru dan karyawan.”

Sekilas teori di atas bagus. Namun harus hati-hati melaksanakannya. Terbukti ada seorang teman penyelenggara sekolah yang malah kebingungan ketika membuka divisi usaha sebuah sekolah. Permasalahannya malah dana yang disiapkan terserap di divisi usaha tersebut dan tidak pernah laba. Alih-alih dengan maksud menambah penghasilan sekolah, malah menguras keuangan sekolah. Lalu bagaimana TIPS-TIPS PRAKTIS untuk membangun divisi usaha tersebut.

Pertama, PENGELOLA DIVISI USAHA BUKAN GURU.

Divisi usaha dalam sebuah sekolah, seyogyanya dikelola oleh tim lain yang bukan guru. Sebab tugas guru sudah sangat banyak, membuat perencanaan, mengajar dan evaluasi. Jika yang dimaksud divisi usaha tersebut bersifat terbuka, artinya guru juga diberi kesempatan untuk memiliki sahamnya, maka hal tersebut sah-sah saja. Namun tetap harus dijalankan oleh orang lain, bukan guru.

Jika divisi usaha dijalankan secara profesional, maka Insyaallah akan mendapat laba yang bagus dan hasilnya dapat digunakan untuk berbagai hal.

Saya pernah mendirikan kantin di sebuah SMP. Pemiliknya adalah yayasan dan para guru. Saya bagi prosentase saham yang adil. Namun tetap, pelaksana kantinnya bukan guru. Hasilnya luar biasa. Pada akhir tahun, seorang guru mendapat laba sampai 4 juta rupiah.

Kedua, JENIS DIVISI USAHA BERKAITAN DENGAN KEBUTUHAN ELEMEN SEKOLAH

Memilih divisi usaha harus jeli. Alangkah indahnya yang berkaitan dengan kebutuhan elemen sekolah. Saya pernah membantu sekolah yang mempunyai sekitar 100 orang guru. Saya yakin setiap guru mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar,m sperti membeli beras, minyak, susu untuk anaknya dan lain-lain. Saya mengusulkkan untuk didirikan swalayan. Baik untuk umum maupun untuk guru. Tentunya yang untuk guru mendapat diskon. Hasilnya luar biasa. Jika niatnya laba yang didapat untuk menambah kesejahteraan guru, Insyallah divisi usaha tersebut berkah.

Ketiga, GUNAKAN KEKUATAN WALI MURID.

Saya pernah mengusulkan sekolah membuka toko buku, sebab saya melihat kondisi wali murid di sekolah tersebut adalah masyarakat menengah yang terpelajar. Saya pikir pasti mereka akan membutuhkan buku-buku, terutama buku agama, buku populer atau novel-novel imajinatif, dan lain-lain. Benar saja, ketika toko buku itu hadir, lalu sang pengelolanya kreatif dengan selalu memberi informasi munculnya buku-buku terbaru kepada semua wali murid. Apalagi ada layanan antar buku sampai rumah atau kantor. Terkadang setiap buku baru yang muncul ditulis resensinya dengan maksud menarik pembacanya untuk membeli. Alhamdulillah ternyata toko buku itu berjalan dengan baik dan menghasilkan laba.

Nah, tiga tips tersebut semoga bermanfaat buat teman-teman, terutama sebagai penyelenggara sekolah. Terima kasih.

 

 

 

Posted by: munifchatib | October 3, 2012

Sekolahnya Manusia vs Ujian Nasional

SEKOLAHNYA MANUSIA DAN UJIAN NASIONAL

By Munif Chatib

Cukup kaget, ketika mendapat email dari seorang guru, peserta pelatihan SEKOLAHNYA MANUSIA. Isi email tersebut seperti ini:

Ketika sistem pendidikan sudah tidak lagi berpihak dengan pendekatan yang bapak sampaikan, aku tahu itu sangatlah sulit untuk dilakukan. Aku hanya bisa berharap sekolahnya manusia adalah tetap menjadi sekolahnya manusia. Setelah mengikuti pelatihan selama 4 hari kemarin, sempat saya berbincang-bincang dengan pengawas sekolah saya. Singkat cerita inilah tanggapannya:

“AH.. itu hanya pepesan kosong dan itu hanya tindakkan dari orang atau sekelompok orang yang menentang pelaksanaan UN…” bagaimana menurut bapak?

KEMBALI KE HAKEKAT SEKOLAH

Saya jadi teringat sebuah artikel pendidikan di Kompas beberapa tahun lalu. Judulnya cukup menohok, “GANTIKAN SEKOLAH DENGAN BIMBEL – JIKA TUJUAN SEKOLAH HANYA UN”. Pada saat SEKOLAHNYA MANUSIA disadari menjadi sekolah yang mempunyai hakekat belajar yang sesungguhnya untuk siswa-siswanya, mestinya masalah UN sudah selesai. Sangat naif jika sekolah yang menyenangkan, sekolah yang ramah anak, sekolah yang menghargai semua kecerdasan dan gaya belajar anak, tiba-tiba harus ditempatkan sebagai LAWAN dari UJIAN NASIONAL. Buat saya tidak hanya naif, tapi sebuah kesimpulan yang salah.  Pendapat tentang sekolah itu bertujuan sukses dalam pelaksanaan UN harus dikoreksi. Artinya, UN hanya salah satu dari indikator, masih banyak lagi indikator lain untuk keberhasilan sebuah sekolah dan guru mengajar. Saya selalu membuat analisa sederhana sebagai berikut:

Apa adil untuk siswa SD, hanya gara-gara ada UN nanti di kelas 6, maka mulai kelas 1 sampai kelas 6, mulai pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, sosok sekolah dan sosok belajar menjadi sangat menegangkan dan membosankan. Harus latihan soal-soal kognitif. Dengan memberi penguatan-penguatan seperti di bawah ini.

“Ayo kerjakan, kamu berhasil sekolah kalau lulus UN. Kalau gagal UN, kamu akan gagal dalam sekolah dan kehidupan ini.”

“Ayo kerjakan! Jangan sampai salah. Sebab kamu sekolah disini dianggap berhasil kalau sukses mengerjakan UN.” Dan banyak lagi pernyataan-pernyataan yang menakutkan dan menyihir siswa bahwa TUJUAN SEKOLAH SEMATA-MATA HANYA UNTUK LULUS UN. Demikian juga pada jenjang SMP dan SMA.

Siswa yang bergembira pada saat di kelas yang menyenangkan, TIDAK BOLEHsebab nanti akan kesulitan mengerjhakan soal UN.

Guru yang mengajar dengan kreratif, menggunakan multi strategi, TIDAK BOLEHsebab nanti siswanya akan kesulitan mengerjakan soal UN.

Siswa yang dipantik PENGETAHUANNYA dan KETERAMPILANNYA oleh para GURUNYA MANUSIA, TIDAK BOLEHsebab nanti itu tidak berguna dalam mengerjakan soal UN.

Anak yang menemukan MAKNA PEMBELAJARAN dan TERAPLIKASIKAN DALAM KEHIDUPAN NYATA, TIDAK BOLEH, sebab makna belajar sukses adalah bisa tepat menjawab soal-soal dengan melingkari jawaban dengan pensil 2B. Wow … jika saya teruskan kalimat-kalimat di atas dapat menjadi berlembar-lembar halaman.

HAKEKAT UJIAN NASIONAL

Saya pernah selama 2 hari mengamati makhluk yang bernama UJIAN NASIONAL. Ternyata dia itu biasa-biasa saja. Dia itu hanya alat untuk mengetahui secara parsial tentang kemampuan anak dalam mengetahui dan memahami soal-soal tertulis. Itu saja. Waktu saya buka buku besar dan tebal tentang AUTHENTIC ASESESMENT atau PENILAIAN OTENNTIK karya Benyamin S. Bloom, ternyata saya mendapati keterangan tentang bagian atau porsi dari UN untuk menilai kemampuan siswa.

Ternyata kemampuan siswa kita itu seluas SAMUDERA. Ketika belajar, siswa dapat diukur kemampuan PSIKO-AFEKTIFNYA. Sederhanyanya adalah SIKAP siswa dari berbagai aspek. Juga dapat diukur kemampuan PSIKOMOTORIKNYA. Ketika mempelajari bab kemampuan psikomotorik, saya hanya geleng-geleng kepala. Betapa luas kemampuan tersebut diartikan. Kemampuan psikomotorik itu dapat berupa aktivitas yang memerlukan gerak tubuh. Ketika siswa kita ‘hebat’ dalam menggiring bola, ternyata itu juga kemampuan psikomotorik. Sebuah kinerja (performance) dari siswa. Jadi ketika siswa mampu membaca puisi, menghafal Al Qur’an, dan lain-lain, itu juga disebut kemampuan psikomotorik. Ketika siswa kreatif membuat sesuatu, menggambar misalnya, maka itu juga digolongkan dalam kemampuan psikomotorik. Ketika siswa kita mampu menulis cerpen, maka itu juga kemampuan psikomotorik. Ketika siswa kita mampu menggunakan komputer untuk membuat sesuatu, itu juga kemampuan psikomotorik. Dan banyak lagi.

Lalu ada kemampuan PSIKO-KOGNITIF, yaitu daya pikir. Alat untuk melihat kemampuan ini adalah dengan TES. Baik tes lisan maupun TERTULIS. Menurut Bloom, TES TERTULIS itu dikatakan benar-benar tes untuk mengukur kemampuan siswa, jika mempunyai minimal dua kriteria penilaian. Jika hanya memiliki satu kriteria penilaian, itu BUKAN TES, tapi QUIZ, menang kalah dapat hadiah.

Wow! Sampai disini saja, kita dapat mengetahui bahwa UN adalah salah satu bagian kecil dari sebuah bagian untuk melihat kemampuan siswa. Di luar tersebut masih luas sekali cara memandang kemampuan anak kita yang seluas SAMUDERA. Lalu adilkah sebuah pernyataan bahwa ORANG-ORANG YANG BEKERJA SEKUAT TENAGA MENJADIKAN SEKOLAH ITU MENYENANGKAN, MENJADIKAN SEKOLAHNYA MANUSIA, MENGEMBALIKAN HAKEKAT BELAJAR YANG SESUNGGUHNYA, DIKATAKAN HANYA PEPESAN KOSONG. GARA-GARA NANTI ADA UN DI UJUNG PEMBELAJARAN.

Saya yakin semua orang akan setuju bahwa itu TIDAK ADIL. Jika sudah seperti ini, benarlah apa kata orang bijak, bahwa PROFESI GURU, APALAGI PENGAWAS adalah profesi yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Saya mempunyai banyak sahabat-sahabat pengawas sekolah di seantero Indonesia yang selalu mendukung perjuangan saya dan teman-teman untuk terus membangun SEKOLAHNYA MANUSIA. Mereka terus memberikan masukan-masukan hebat kepada saya tentang kondisi banyak guru, terutama bagaimana guru mengajar dalam kondisi fasilitas yang beraneka ragam dan bertemu dengan siswa yagn beraneka ragam pula. Sungguh, buat saya, sahabat-sahabat saya pengawas sekolah itu adalah guru-guru saya. Beliau-beliau itu yang selalu mengabarkan kepada saya jurang yang menganga antara HARAPAN dan KENYATAAN. Mereka ingin ada JEMBATAN di anrtara keduanya. Yaitu solusi dari setiap permasalahan pendidikan. SUNGGUH SEKOLAHNYA MANUSIA BUKAN PEPESAN KOSONG!

Sidoarjo, 2 Oktober 2012

 

 

 

Posted by: munifchatib | October 2, 2012

Takjub Rasanya Melihat pembelajaran di salah satu TK Tokyo

SISWA BELAJAR ANTRI DI TK MUSASHINO JYOSHI GAKUEN

Go to Tokyo, April 2013

By Munif Chatib

Melihat pembelajaran di TK MUSASHINO JYOSHI GAKUEN jadi teringat peristiwa tahun 2003 di Gresik Jawa Timur, ketika seorang pengawas TK datang ke TK kami dan marah besar. Alasannya di TK tersebut dia melihat anak-anak belajar mandi dengan cara antri di kamar mandi TK, lalu satu persatu melakukan mandi dengan didampingi gurunya. Sang guru terus memberi tahu bagaimana cara mandi yang benar, memakai sikat gigi dan sabun yang benar. Anak-anak senang luar biasa. Namun sekali lagi kata sang pengawas materi ‘mandi’ itu tidak ada dalam silabus. Jadi ‘haram’ diajarkan di TK. Dia marah besar sampai menangislah sang kepala sekolahnya.

Di TK MUSASHINO JYOSHI GAKUEN, saya mendapati hampir 90 persen tema belajarnya adalah ‘daily routine’ yaitu aktivitas sehari-hari yang dialami dan pasti dilakukan oleh anak-anak. Mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Jumlah penduduk di kota Tokyo sangat padat, namun dalam berjalan, memasuki stasiun bawah tanah sampai naik kereta bawah tanah, mereka sangat rapi. Budaya sabar mengantri sangat terlihat. Tidak ada yang berdesak-desakan atau saling mendahului. Saya bertanya-tanya, bagaimana ini bisa terjadi?

Ternyata jawabannya saya temukan di TK MUSASHINO JYOSHI GAKUEN. Anak-anak setiap hari diajarkan cara mengantri yang benar itu bagaimana. Mulai masuk dalam kelas, mengantri makanan di kantin. Aplikasi sehari-harinya adalah nereka berangkat ke sekolah dengan orangtuanya juga harus mengantri masuk kereta. Bersabar antri untuk menyeberang jalan. Saya melihat materi di sekolah sangat ‘nyambung’ dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Buat saya sangat ‘Applied Learning’. Saya memperhatikan bagiamana ketika empat anak TK ingin ke toilet, padahal hanya ada dua toilet. Subhanallah mereka antri dengan sabar, menunggu temannya yang datang duluan dan masuk toilet duluan. Saya membayangkan kalau di Indonesia, pasti mereka berebut dan berantem.

Saya mengamati mereka pada saat selesai istirahat, bel berbunyi dan mereka masuk kembali ke kelas. Wow … tanpa dikomando, mereka berbaris antri masuk ke kelas sambil tersenyum. Hari itu anak-anak di TK MUSASHINO JYOSHI GAKUEN agak heran, sebab banyak tamu orang asing yang datang melihat mereka belajar. Sungguh memilih tema belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak dan langsung teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Saya bertanya kepada kepala sekolahnya tentang tema-tema yang diajarkan dalam satu semester ini. Sang kepala sekolah menjawab:

“Semuanya diawali ketika bangun dari tidur, anak-anak harus bisa membersihkan tempat tidurnya masing-masing. Lalu kami mengajarkan bagaimana mandi sendiri, pakai sikat gigi dan sabun yang benar. Kami mengajarkan juga bagaimana menggunakan handuk yang benar dan juga cara menjemurnya. Maklumlah di Tokyo rumahnya kecil-kecil, jadi harus tahu dimana tempat menjemur pakaian yang baik. Lalu kami mengajarkan bagaimana dia berpakaian, menyisir rambut, memasang sepatu. Oh ya setiap satu bulan sekali mereka diajarkan cara menggunakan ‘kimono’ pakaian khas Jepang. Lalu bagaimana makan yang benar dengan menggunakan sumpit. Kebiasaan membuang sampah. Kebiasaan antri ketika berangkat ke sekolah dengan kereta bawah tanah. Sampai di sekolah, cara menata sepatu dan tas-tasnya dan seterusnya sampai malam hari, pada saat berangkat tidur.”

Saya menjadi pendengar yang baik. Terkadang menghela nafas panjang. Betapa sederhana tema-tema belajarnya. Namun betapa pentingnya untuk kehidupan anak-anak. Sempat terlintas bagaimana teman saya dibuat repot oleh anaknya yang masih TK disebabkan banyaknya PR yang diberikan oleh sekolah TK-nya. TK ada PR, dahsyat ….!!!???#$?

Posted by: munifchatib | September 29, 2012

Ada yang menarik dalam acara Pelatihan Gurunya Manusia di Lampung

GURUNYA MANUSIA DI BUMI LAMPUNG

By Munif Chatib

Benar kan kata saya, jika seorang pimpinan atau pengambil kebijakan dalam pendidikan mengambil peran kemajuan dalam kualitas pendidikan di daerahnya, maka hasilnya seperti bola salju bergulir. Ketika gubernur Lampung, kepala dinas propinsi Lampung, dan jajarannya mendalami tentang SEKOLAHNYA MANUSIA, maka semua elemen bersatu padu untuk meningkatkan kualitas guru menjadi GURUNYA MANUSIA. Anda bisa bayangkan anda 14 kabupaten/kota di bumi Lampung.

Alhamdulillah kami sudah menyelesaikan tahap pertama di 6 kabupaten/kota. Saya menutup acara pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas kemarin tanggal 26-27 September 2012 di Metro dan Tabek Lampung Tengah.

Ada yang menarik, ketika acara foto bersama pada akhir sesi, seorang ibu guru tidak mau foto bersama saya. Katanya malu. Saya melihat matanya bengkak bekas menangis. Langsung saya hampiri dan saya tanya.

“Kenapa menangis ibu?”

Sang ibu ini hanya diam melihat saya. Lalu disodorkan sebuah kertas kerja, berupa note yang memang saya tugaskan kepada semua peserta. Note itu isinya adalah catatan fakta tentang terjadinya perubahan paradigma dari gurunya robot berubah ke gurunya manusia. Saya minta peserta menulis tentang sosok muridnya yang nakal atau tulalit.

Ketika saya baca, bulu kuduk saya merinding. Ini catatannya:

“Sebut saja namanya Putra. Dia anak nakal luar biasa. Saya langsung ingin terjadi perubahan perilakunya secara cepat. Saya pukul Putra. Sehari saya pukul, dia hanya diam. Lalu diulangi nakalnya lagi. Hari kedua saya pukul, dia diam lagi. Beberapa menit kemudian dia nakal. Lagi. Tak terasa, hampir dua tahun, setiap hari saya terus memukulnya sampai tangganya mengeras, membeku bekas pukulan saya. Sungguh saya hanya ingin dia berubah baik. Suatu hari, dia menghampiri saya sambil seperti biasa menjulurkan tangannya untuk dipukul.

“Kenapa? Emang hari ini kamu salah apa? Kok minta dipukul?”

“Kan, ibu sudah biasa memukul saya. Jadi sebelum saya nakal lagi, ibu pukul dulu saya. Saya ikhlas kok.”

Saya hanya diam. Memandang wajahnya yang memelas. Hari ini saya mendapat pelatihan dari Pak Munif tentang setiap anak itu adalah bintang. Bagaimana harus membuka 5 bingkisan untuk anak-anak kita. Sungguh saya berdosa sekali. Pulang dari pelatihan ini, saya ingin minta maaf kepada si Putra. Saya berjanji tidak akan memukul lagi. Yang terbukti tidak berakibat perubahan perilakunya. Terima kasih Pak Munif, dan maafkanibu ya Putra …”

Terima kasih buat bu Retno. Bu Evi dan teman-teman yang hebat GLC Indonesia.

Posted by: munifchatib | September 27, 2012

Semangat Para Pengajar Muda Program Indonesia Mengajar

KEMBALI MELATIH PENGAJAR MUDA ANGKATAN 5

By Munif Chatib

Rasa lelah hilang ketika melihat 53 pengajar muda angkatan 5 sangat kreatif dan energik. Saya masuk kembali ke ‘camp’ di Jatiluhur Purwakarta untuk melatih mereka. Dua bulan mereka mendapat pelatihan dari berbagai sumber, kemudian mereka harus mengabdi ke sekolah dasar di pelosok-pelosok tanah air. Banyak yang kondisi daerahnya sangat keras. Tak ada listrik, tak sinyal HP. Ada juga yang kondisi masyarakatnya belum mendukung pendidikan anak-anaknya. Lebih baik anaknya membantu orangtuanya ke laut, ke hutan atau turun ke sawah.

Saya bersyukur kehadirat Allah SWT dipercaya oleh Indonesia Mengajar untuk melatih anak-anak muda yang  hebat ini mulai dari angkatan 1. Kali ini saya konsentrasi pada materi paradigma pendidikan, bahwa setiap anak itu adalah BINTANG. Lalu saya fokus ke strategi mengajar. Saya yakin pengajar muda akan membutuhkan kemampuan pedagogik pada saat mereka mengajar di sekolah-sekolah terpencil. Pengajar muda harus kreatif menggunakan apapun yang ada di sana untuk mendukung proses belajar. Apalagi dari 53 pengajar muda, hanya 5 orang yang mempunyai background pendidikan keguruan. Meskipun saya tidak kaget akan hal ini, seperti biasanya juga begitu.

Bahagianya ketika anak-anak muda ini dengan  mudahnya menyerap materi-materi pelatihan dari saya. Mereka sangat kreatif, menjadikan suasana pelatihan sangat menyenangkan. Sungguh seharian tidak terasa lelah saya berdiri dan meloncat-loncat menemani mereka.

Ayo pengajar muda, singsingkan lengan. Tak banyak cakap, banyak bekerja memberi inspirasai buat anak bangsa negeri ini. Anak-anak di pelosok Indonesia hari ini hanya butuh inspirasi dari kalian. Hanya butuh penguatan bahwa mereka bisa jadi BINTANG. Bintangnya negeri ini. Menjadi manusia yang mempunyai harga diri dan karakter untuk kemajuan negerinya. Sukses buat pengajar muda angkatan 5. Selamat menorehkan sejarah. Selamat menjadi GURUNYA MANUSIA.

Terima kasih Pak Anies Baswedan, penggagas Indonesia Mengajar dan sahabat-sahabat di manajemen Indonesia Mengajar. Terus berkarya.

Jatiluhur, 20 September 2012

 

 

 

 

 

SETUMPUK LESSONPLAN DI MEJA GURU SEKOLAH MUSASHINO  JYOSHI GAKUEN

Go to Tokyo, April 2013

By Munif Chatib

Rasa penasaran mengintip ruang kerja guru di Sekolah Musashino  Jyoshi Gakuen, SMP dan SMA Swasta di Tokyo akhirnya terjawab. Saya pernah melihat ruang dan meja kerja guru yang indah di beberapa sekolah di luar negeri, misalnya di Kuala Lumpur atau Singapura. Kali ini agak beda, luas sekali ruang gurunya. Namun seluas mata memandang, di atas meja yang terlihat hanya tumpukan-tumpukan kertas kerja. Saya berhasil mengambil gambarnya.

Langsung saya bertanya kepada kepala sekolahnya tentang tumpukan-tumpukan kertas yang saya lihat hampir ada di semua meja guru. Dengan bersemangat, sang kepala sekolah menjelaskan.

“Semua guru di sekolah ini, mempunyai kesepakatan kerja, yaitu fokus dalam perencanaan sebelum mengajar. Ide dan kreativitas dalam mengajar, jauh-jauh hari kami tuangkan dalam kertas-kertas kerja. Kami menyebutnya lessonplan. Setiap lessonplan yang sudah diajarkan guru, kami analisa bersama-sama dalam grup diskusi. Apakah sukses, atau sebaliknya. Dari diskusi tersebut, sang guru mendapat solusi untuk mengajar materi yang sama di kelas berikutnya. Terkadang untuk satu materi, para guru sampai membuat 3 lessonplan, ya untuk jaga-jaga ada kesulitan dalam mengajar. Jadi akhirnya ya … beginilah meja gurunya.”

Saya hanya manggut-manggut  menelan ludah. Sekilas membayangkan sekolah di Indonesia, masih banyak guru yang menganggap lessonplan adalah beban, bukan solusi keberhasilan mengajar. Apalagi sebuah lessonplan selalu didiskusikan setelah mengajar. Wow, biasanya selalu ditutup dengan pertanyaan: mana sempat???

“Pak Munif, kami percaya, ketika guru tidak membuat perencanaan mengajar, maka sesungguhnya dia sedang merencanakan kegagalan dalam mengajar,” lanjut sang kepala sekolah.

“Haik!!!,” jawab saya saya sambil membungkukkan badan berkali-kali, tanda amat sangat teramat setuju.

Tokyo, 11 September 2012

Posted by: munifchatib | September 24, 2012

Semangat Para Pengajar Muda program Indonesia Mengajar

SEKOLAHNYA MANUSIA DARI TOKYO KE PASER KALTIM

By Munif Chatib

Hanya istirahat 4 jam, begitu mendarat di Juanda Surabaya, langsung terbang lagi ke Sepinggan Balikpapan, menuju Kabupaten Paser kalimantan Timur. Mengunjungi 10 Pengajar Muda program Indonesia Mengajar yang dimotori oleh Anies Baswedan, Ph.d. Mereka mengadakan pelatihan para kepala sekolah dan guru, bekerja sama dengan diknas kabupaten Paser. Kami merancang acara pelatihan tersebut agar menjadi pelatihan yang tak terlupakan seumur hidup. Melihat kerja keras anak-anak muda ini, saya tambah yakin Indonesia BISA MAJU. Indonesia BISA CERDAS.

Jujur setelah berkeliling ke beberapa sekolah di Tokyo, pulang ke Indonesi ada beban yang bergayut di dada, apa bisa ya Indonesia sehebat Jepang. Ternyata jawabnya langsung diberikan oleh Allah SWT kepada saya begitu saya masuk Paser. Ya Indonesia pasti bisa, jika semangat guru-gurunya menjadi gurunya manusia ada dalam setiap dada semua guru. Seperti para pengajar muda angkatan 3. Mereka membujktikan bahwa ketika mengajar dengan hati, memandang setiap siswanya bintang, maka setiap anak akan jadi juara di bidang masing-masing. Terbukti satu tahun masa pengabdian mereka, sudah bermunculan para bintang.

Ada Aisyah, saintis cilik dari sungai Tuak, siswa kelas 2 SDN 15 Tanah Grogot, masuk babak final Olimpiade Sains Kuark 2012 di Jakarta. Ada Armansyah, siswa kelas 5 SDN 18 Tanah Grogot menjadi 10 pemenang di Kalbe Junior Scientists Award 2012 di Singapura. Karyanya berjudul PERMAINAN MEMBANGUN PIRAMIDA BERWARNA, yang terinspirasi dari sarang seekor laba-laba. Saya bersamaan dengan Armansyah ketika menuju Paser. Dia baru pulang dari Singapura. Tak henti-hentinya saya bertanya tentang pengalamannya yang dahsyat sampai ke Singapura.

Ada Rizal, jagoan IT dari Muara Telake. Siswa kelas 5 SDN Longkali ini mewakili desanya pada lomba Pembuatan Presentasi Power Point dalam rangka memperingati Hari Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Paser. Ada Jaiz, bintang tenis meja masa depan. Siswa kelas 6 berhasil mendapat medali perak pada PORESENI 2012. Hebat kan! Mungkin kalau saya teruskan, artikel ini akan bengkak menjadi puluhan halaman.

Dan hal yang penting adalah dampak dari dua hari pelatihan kepala sekolah dan guru di Paser. Mereka diminta merencanakan program kerja untuk satu tahun ke depan. Lihat beberapa hasilnya yang sempat tercatat oleh Vivin di twiternya, salah satu pengajar muda 3 di Paser:

Para peserta, dari Bupati sampai guru bertekad untuk melakukan revolusi pendidikan di tanah Paser. Wow dahsyatkan!. Mereka siap membuka diri untuk menjadikan semua sekolah di Paser menjadi Sekolahnya Manusia. Semua peserta dalam dua hari berusaha memaksimalkan potensi diri mereka dan pulang siap untuk memantik potensi siswanya agar semua anak menjadi BINTANG di bidang masing-masing. Mereka siap untuk memajukan sekolahnya. Ada yang mengusulkan mulai ada ekstrakulilkuker oleh raga dayung di sekolah daerah pesisir. Ada yang mau memanfaatkan dana BOS untuk pengadaan perahu Ketinting bagi guru dan siswa daerah terpencil. Dan yang tidak kalah penting melihat pengawas, UPTD, kepala sekolah dan guru pulang dengan senyum puas.

Akhirnya, saya setuju dengan kalimat yang di tulis Anies baswedan dalam prolog buku Indonesia Mengajar 2.

“Pengajar Muda ini memang bukan pahlawan, dan label-label itu bukan urusan mereka. Urusan kita adalah turun tangan atau lipat tangan. Mereka pilih turun tangan. Mereka pilih kemuliaan. Mereka tak banyak cakap, mereka tinggalkan banyak urusan, dan mereka terlibat langsung di berbagai penjuru tanah air. Ya, anda semua, anak muda Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia memiliki kode genetik sederhana bernama: BERJUANG”

Terima kasih Pak Anies sudah memberikan kesempatan saya untuk melatih anak-anak muda yang hebat ini sampai angkatan ke 5. Terima kasih Bupati Paser kaltim, Kepala Diknas Paser, pengawas, UPTD, kepala sekolah dan para guru di tanah Paser. Majulah pendidikan Indonesia.

Paser, 15-16 September 2012

« Newer Posts - Older Posts »

Categories